Dendy Herdianto

harvest-moon.0
Dendy Herdianto

Dendy Herdianto

Business Developer, Content Writer, Islamic Economic Enthusiasm

Wakaf dalam Dunia Gaming

Peran wakaf untuk peradaban dunia begitu besar. Ialah instrument yang membuat khalifah Usman bin Affan mampu memberikan kebermanfaatan yang besar. Masih ingat sumur Usman? Sekarang kebermanfaatan dari sumur tersebut masih bisa dirasakan oleh penerima manfaat. Bahkan rekening Usman bin Affan tercatat pada rekening di sebuah bank di Kota Madinah. Instrumen ini juga membuat Islam mencapai kejayaan di masa Umar bin Abdul Aziz. Melihat potensi yang begitu besar, amat disayangkan bila instrument ini tidak digalakkan dengan baik. Terlebih Indonesia merupakan negeri dengan umat Islam terbesar di dunia. Bila masyarakat tercedaskan dengan adanya wakaf dan turut berpartisipasi dalam dunia wakaf, tentu kejayaan yang pernah terasa di masa-masa Islam terdahulu turut dapat dirasakan di Indonesia pada masa sekarang.

Sayangnya hal ideal tersebut tak terjadi. Lukmanul Hakim selaku Ketua Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia menyebutkan bahwa potensi wakaf di Indonesia adalah sebesar Rp 300 triliun. Namun, realisasi dari wakaf tersebut hanya mencapai Rp500 miliar. Melihat hal tersebut, tentu masih ada gap yang cukup jauh untuk dicapai. Salah satu penyebab rendahnya realisasi dari potensi yang ada adalah karena literasi wakaf yang masih minim. Imam Teguh Saptono selaku wakil ketua Badan Wakaf Indonesia menyebutkan bahwa literasi masyarakat terkait wakaf masih minim, kondisi ini disebabkan pendidikan wakaf tidak masuk ke dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah. 

Melihat kondisi tersebut dan statement Pak Imam tentang pentingnya edukasi wakaf pada gen Z pada akhirnya memunculkan pertanyaan, “Apa solusi yang tepat untuk meningkatkan literasi wakaf pada tataran gen Z?”

Menurut hasil perenungan penulis, seseorang akan tertarik dengan sesuatu yang dia sukai. Mungkin pembaca tidak asing dengan Mobile Legend dan PUBG. Yap, dunia game telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari gen Z. Kalau begitu, mengapa tidak dicoba untuk memasukkan literasi wakaf dalam bingkai sebuah game. Asyik, fun, dan challenging, bukankah itu yang disukai gen Z?

Konsep yang dicoba untuk ditawarkan oleh penulis adalah konsep game harvest moon.  Game yang booming pada tahun 2000-an ini menjadi sangat pas untuk menjadi media penyampaian literasi wakaf. Konsep game ini adalah memberikan gambaran kehidupan tiap hari layaknya seorang manusia yang bekerja mencari uang dengan cara berkebun, memancing dan beternak. Game ini juga memberikan jalan hidup selayaknya manusia yaitu menikah, memiliki anak, membangun rumah, berbelanja, berobat, beribadah, dan merayakan berbagai macam festival. Literasi wakaf bisa masuk dalam game ini dengan cara memberikan opsi pada game tersebut ketika ia mengelola dan memiliki sebidang tanah. Gambaran praktisnya adalah dalam game tersebut ketika karakter game masuk ke dalam tanah yang ia kelola maka sistem dalam game akan memberikan pilihan, “Apakah kamu mau mewakafkan tanah ini?” Pilihan jawaban atas pertanyaan ini adalah, “ya atau tidak”. Kemudian muncullah pertanyaan lanjutan, “Untuk apa kamu peruntukkan tanah wakaf ini”. Jawaban atas pertanyaan ini akan memunculkan opsi, misal “Pertanian Jagung, Wortel, Tomat atau membangun peternakan”. Setelah memilih maka pertanyaan terakhir sekaligus penguat adalah, “Kamu telah memilih untuk mewakafkan tanah ini dengan tujuan untuk dijadikan pertanian jagung, hasil dari wakaf ini akan diserahkan kepada orang-orang miskin disekelilingmu, apakah kamu sudah yakin?” Setelah karakter memilih opsi yakin maka tanah dalam game tersebut telah resmi diwakafkan.

Sistem literasi wakaf pada game harvest moon juga bisa dipraktekkan untuk wakaf tunai. Praktis dalam sistem gamenya adalah ketika karakter mendatangi sebuah masjid kemudian pada masjid tersebut terdapat loket untuk berdonasi. Ketika karakter masuk ke loket tersebut ia akan disajikan pilihan donasi dengan memunculkan pertanyaan, “apa donasi yang ingin kamu pilih? Infaq, Zakat, Wakaf?”. Ketika karakter memilih wakaf maka sistem akan menyajikan pertanyaan berupa pilihan untuk memilih wakaf tunai. Setelah memilih maka karakter akan disajikan pilihan tempat untuk berwakaf dan terakhir sistem akan meminta berapa dana yang ia akan salurkan untuk berwakaf.

Setiap game yang dimainkan oleh seseorang pasti membutuhkan feedback. yang membuatnya merasa puas ketika memainkannya. Misal, ketika ia bermain game pertarungan maka feedback yang ia harapkan adalah meraih peringkat satu dalam pertandingan. Atau ketika ia memainkan game berbentuk petualangan maka ia membutuhkan feedback berupa poin yang bisa ia gunakan untuk membeli suatu item. Sistem feedback tersebut dapat diterapkan pada game harvest moon ini. Apa bentuknya? Feedback pada game ini dapat berupa poin. Sebagaimana sebuah kebaikan pasti akan diganjarkan oleh Allah dengan pahala. Maka pahala pada game ini dapat dikonversi dalam bentuk poin. Setiap poin yang dikumpulkan akan membuat ia mendapatkan bonus yang tidak terduga-duga. Semisal tanamannya cepat panen, istrinya cepat hamil atau hewan peternakannya cepat berkembang biak. Dengan adanya feedback seperti ini diharapkan para pemain game akan merasa terpuaskan.

Itulah sistem game harvest moon versi Islam yang penulis tawarkan dalam media meningkatkan literasi terkait wakaf terlebih untuk gen Z. Memberikan sesuatu yang disukai oleh seseorang tentu akan membuat setiap pesan yang disampaikan dari sesuatu yang diberikan akan dapat dicerna dengan mudah. Diharap game harvest moon versi Islam bisa segera dieksekusi untuk meningkatkan literasi wakaf yang pada akhirnya diharapkan mengurangi gap antara potensi dan realisasi dari wakaf.

SHARE THIS POST

Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn